BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

POKOK-POKOK PIKIRAN TENTANG
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


A.Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam
Bimbingan dan Konseling adalah alih bahasa dari istilah inggris guidence and counselling.Dulu istilah counselling di indonesikan menjadi penyuluhan (nasihat).Akan tetapi,karena istilah penyuluhan banyak digunakan dibidang lain. Stidak menimbulkan semisal dalam penyuluhan pertanian dan penyeluhan keluarga berencana yang sama sekali berbeda isinya dengan dimaksud dengan counselling,maka agar
Tidak menimbulkan salah paham,istilah counseling tersebut langsung diserap saja menjadi konseling.
Mengenai hubungan dan kedududan  antara bimbingan dan konseling terdapat banyak pandangan,salah satunya memandang konseling sebagai teknik bimbingan. Dengan kata lain, konseling berada di dalam bimbingan.Pendapat lain mengatakan bahwa bimbingan terutama memusatkan diri pada pencegahan munculnya masalah sementara konseling memusatkan diri pada pencegahan masalah yang sedang dihadapi individu.Dalam pengertian lain,bimbingan sifat atau fungsinya preventif, sementara konseling kuratif atau korektif. Dengan demikian bimbingan dan konseling yang berhadapan dengan obyek garapan yang sama,yaitu problem atau masalah .Perbedaannya terletak pada titik berat perhatian dan perlakuan terhadap masalah tersebut.
Fungsi atau kegiatan bimbingan dan konseling, lazimnya seperti telah disebutkan di muka,disebut-sebut para ahli bukan sekadar yang bersifat preventif dan kuratif atau korektif saja, melainkan sebagai berikut :
  1. Fungsi preventif atau pencegahan, yakni mencegah timbulnya masalah pada seseorang
  2. Fungsi kuratif atau korektif,yakni memecahkan atau menanggulangi masalah yang sedang dihadapi oleh seseorang.
  3. Keadaan preventif dan developmental, yakni memelihara agar keadaan yang telah baik tidak menjadi tidak baik kembali dan mengembangkan keadaan yang sudah baik itu menjadi lebih baik.
Bimbingan sendiri didefinisikan sebagai orang bermacam-macam, ada yang sedemikian itu singkat rumusnya, ada pula yang amat panjang dengan merinci berbagai aspek yang terkandung dalam proses atau kegiatan bimbingan tersebut.Dalam tulisan ini bimbingan islami ini secara singkat dirumuskan sebagai berikut :
Bimbingan islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,sehinngga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
Dengan demikian bimbingan islam merupakan proses bimbingan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan Al-quran dan sunnah rasul.
Bimbingan islam merupakan proses bimbingan bantuan,artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu.Individu dibantu, dibimbing, agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Maksudnya sebagai berikut :
  1. Hidup  selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodrat yang ditentukan Allah ,sesuai dengan sunatulloh, sesuai dengan hakikatnya sebagai mahluk Allah.
  2. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah melalui rasulnya (ajaran islam )
  3. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berarti  menyadari eksistensi diri sebagai mahluk Allah yang diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya ,mengabdi dalam arti seluas-luasnya.
B.Landasan Bimbingan dan Konseling Islami
Landasan (fondasi atau dasar pijak) utama bimbingan dan konseling islami adalah al-quran dan sunnah rasul, sebab keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman kehidupan umat Islam,seperti disebutkan Nabi Muhammad saw sebagai berikut  yang artinya :
“Aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua yang jika kalian selalu berpegang teguh kepadanya niscaya selamanya-selamanya tidak akan pernah salah langkah  tidak akan pernah salang langkah tersesat jalan, sesuatu itu yakni kitabullah dan sunah Rasulnya.”
Al-quran dan Assunah rasul dapatlah diistilahkan sebagai landasan ideal dan konseptual
Bimbingan dan konseling islami. Dari Al-quran dan as-sunnah rasul itulah gagasan, tujuan dan konsep-konsep (pengertian,dan makna hakiki) .
Landasan Filosofis islami  penting artinya bagi bimbingan dan konseling islami antara lain adalah :
  1. Falsafah tentang dunia manusia (citra manusia)
  2. Falsafah tentang dunia dan kehidupan
  3. Falsafah tentang pernikahan dan keluarga
  4. Falsafah tentang pendidikan
  5. Falsafah tentang masyarakat dan hidup kemasyarakatan
  6. Falsafah tentang upaya mencari nafkah atau falsafah kerja.
C.Citra Manusia Menurut Islam
Berdasarkan ayat a- ayat al-Qur’an dan hadits nabi Muhammad SAW., dan berbagai pandangan ulama serta para pakar lainnya, manusia memiliki sifat – sifat atau keadaan sebagai berikut:
  1. Manusia terdiri dari berbagai unsur yang menjadi satau kesatuan utuh yang tidak terpisahkan.
  2. Manusia memiliki empat fungsi sifat atau kedudukan, antara lain:
    1. Sebagai makhluk Allah, yaitu  makhluk yang diciptakan dan wajib mengabdi kepada Allah.
      1. Sebagai makhluk individu.
      2. Sebagai anggota masyarakat manusia atau makhluk sosial.
      3. Sebagai “khalifatullah” di muka bumi yang wajib mengelola dan memakmurkan bumi (makhluk berbudaya).
      4. Manusia memiliki sifat – sifat utama (berakal, dsb) sekaligus pula memiliki kelemahan – kelemahan.
      5. Manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan secara singkat satu persatu dibawah ini, antara lain:
  1. Manusia makhluk monopluralis(wahdatu ”anasir”)
Manusia memiliki dua unsur pokok yaitu jasmani dan rohani, dapat diketahui dari firman Allah sebagai berikut:


Artinya:           “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat; “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. “Maka apabila telah kusempurnakan kejadiaanya dan kutiupkan kepadanya roh ciptaan-Ku; maka hendaklah kamu bersujud kepada-Nya.” (QS. Sad :71-72)

Disamping kekuatan dan daya – daya kemampuan jasmaniah, semisal gerak, mencerna makanan dan sebagainya, manusia dianugerahi Allah kemampuan rohaniah yanag kadarnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan makhluk – makhluk lainnya. Kemampuan – kemampuan rohaniah tersebut banyak disebut – sebut dalam al-Qur’an dan hadits, antara lain adalah:
  1. Akal (pikiran atau albab).
  2. Hati nurani (aqidah).
  3. Penglihatan (pengamatan)
  4. Pendengaran
Kemampuan tersebut antara lain disebutkan dalam ayat berikut:

Artinya:             “Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik – baiknya dan yang memulai pencipta manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunan-Nya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh ciptaan-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, tetapi kamu sedikit sekali bersyukur. (QS.  As-Sajdah :7-9)

Karena terdiri dari berbagai ragam unsur; jasmaniah-rohaniah, berakal, berhati nurani, berpenglihatan, dan berpendengaran, atau lazim juga dikatakan memiliki unsur cipta, rasa dan karsa, yang keseluruhannya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah maka dalam istilah lain manusia dikatakan sebagai makhluk monopluraris atau “wahdatul ‘anasir’” (memiliki banyak unsur dalam satu kesatuan keseluruhan).

  1. 2.    Manusia Memiliki Empat Fungsi
    1. Manusia sebagai makhluk Allah
Manusia merupakan makhluk Allah, ciptaan Allah, dan secara kodrati merupakan makhluk religius atau pengabdi Allah, seperti tercermin dalam sabda Nabi Muhammad saw. Sebagai berikut :
Tiap-tiap orang itu dilahirkan Ibunya atas dasar fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi, apabila kedua orang tuanya itu muslim, jadilah ia muslim. (H.R. Muslim)
Sesuai dengan fitrahnya tersebut, manusia bertugas untuk mengabdi kepada Allah, seperti difirmankan Allah sebagai berikut :
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Q.S. Az Zariyat, 51:56)
  1. Manusia sebagai Makhluk Individu
Secara kodrati setiap manusia merupakan wujud yang khas, yang memiliki pribadi (individu) sendiri, atau memiliki eksistensinya sendiri. Ini antara lain bisa ditafsirkan dari ayat sebagai berikut:
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Q.S. Al Qamar, 54:49).
Segala sesuatu yang diciptakan Allah itu mempunyai kadar atau ukuran, dalam arti ukuran atau kadar masing-masing. Maksudnya, selain dalam penciptaan Allah menciptakannya dengan ukuran yang baik (harmonis), tetapi dengan juga kadar kemampuan masing-masing yang berbeda-beda. Berarti setiap sesuatu sebenarnya memiliki perbedaan dengan yang lain, bersifat khas, atau memiliki, “individual differences”. Ini sejalan dengan hadits Nabi yang menyatakan agar berbicara (berkomunikasi) dengan, atau memberi pelajaran kepada orang yang sesuai dengan taraf  kemampuan berfikir yang bersangkutan.


  1. c.    Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Secara kodrati manusia hidup memerlukan bantuan orang lain. Bahkan, manusia baru akan “menjadi manusia” manakala berada di dalam lingkungan dan berhubungan dengan manusia. Dengan kata lain, secara kodrati manusia merupakan makhluk sosial, seperti difirmankan Allah swt sebagai berikut :
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang palinh mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S Al-Hujurat, 49 : 13).

  1. d.    Manusia sebagai makhluk berbudaya
Manusia hidup didalam dan mengelola alam guna keperluan hidupnya. Manusia menciptakan kebudayaan dengan segala unsurnya (ilmu, teknologi, serni dan sebagainya) untuk mampu mengelola alam itu dengan sebaik-baiknya. Manusia, menurut Islam, merupakan “Khalifah di muka bumi” : artinya, manusia berfungsi sebagai pengelola alam dan memakmurkannya. Ini tersurat dan tersirat dari firman Allah sebagai berikut :
Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. (Q. S. Fatir, 35 : 39)

  1. Manusia memilih sifat utama dan hawa nafsu
Manusia dikaruniyai Allah berbagai sifat dan kedudukan yang utama atau mulia, tetapi juga hawa nafsu, seperti difirmankan Allah sebagai berikut :

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya. (Q.S. At-Tin, 95 : 54).

  1. Manusia bertanggung jawab atas perbuatannya
Manusia telah dianugerahi Allah berbagai kemampuan seperti telah disebutkan di muka. Oleh karenanya manusia bertanggung jawab sendiri atas segala apa yang diperbuatnya karena berbagai kemampuan: untuk mendengar seruan Allah, untuk mengamati ayat-ayat Allah dan memikirkannya, dan untuk meresapi, menghayati, menimbang dengan hati nurani kebenaran petunjuk Allah, sehingga mampu membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya, (Q.S. Al-Isra, 17 : 36).
D.Latar belakang perlunya Bimbingan dan Konseling
Manusia diciptakan dengan jalan yang terbaik ,termulia,tersempuna,dibandingkan dengan mahluk lainnya, tetapi sekaligus memiliki hawa nafsu,lemah,aniaya,terburu nafsu, membantah dan lain-lain,karena manusia dapat terjerumus kedalam lembah kenistaan,kesengsaraan dan kehinaaan.Dengan kata lain,manusia bisa bahagia hidupnya di dunia maupun di akhirat,dan bisa pula sengsara atau tersiksa.
Mengingat berbagai sifat seperti itu ,maka diperlukan adanya upaya untuk menjaga agar manusia tetap menuju kearah yang bahagia,menuju ke citranya yang terbaik ,ke arah “ahsanitaqwim”dan tidak terjerumus ke keadaan yang hina atau ke “asfal safilin” seperti dilukiskan Allah SWT dalam surat At-tin dan surat Al-asr yang dapat dikatakan sebagai latar belakang utama mengapa bimbingan dan konseling Islam itu diperlukan.
Seperti dalam surat At-Tin (4-6) yang artinya Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.Kemudian kami kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya (neraka) ,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya.
1.Dari Segi Jasmaniah
Karena manusia memiliki unsur jasmaniah atau biologis, manusia memiliki berbagai kebutuhan biologis yang harus dipenuhinya,semisala makan,minum, menghirup udara, berpakaian bertempat tinggal dan sebagainya. Upaya untuk  memenuhi kebutuhan jasmaniah tersebut dapat dilakukan manusia selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Itu bisa dilakukan manusia secara sadar maupun tidak.
Dengan keyakinan bahwa ketentuan dan petunjuk Allah pasti akan membawa manusia bahagia,individu yang berbahagia tentulah individu yang mampu hidup selaras dengan ketentuan allah dan petunjuk Allah SWT tersebut termasuk dalam usahanya memenuhi kebutuhan jasmaniah. Tetapi, tidak sama mampu hidup dan memenuhi kebutuhan jasmaninya itu seperti seharusnya, baik karena faktor internal (dari dalam faktor individu itu sendiri ) maupun akibat dari faktor eksternal atau lingkungannya sekitarnya.

Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu,dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu apabila orang-orang yang ditimpa musibah mereka mengucapkan “Innalillahi waina ilaihi rajiun “(Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadanya lah kami kemabali).(QS.AL-baqarah 155-156).
Ayat di atas menunjukkan bahwa kelaparan, kekurangan harta, kekurangan buah-buahan dan sebagainya itu merupakan sesuatu yang wajar terjadi dihadapi manusia, sebagai sesuatu yang berada dalam situasi dan kondisi lingkungan yang bisa terjadi juga karena ulah tangan manusia. Dalam pada itu sifat, sikap dan perbuatan manusia itu sendiri apa yang ditunjukkan Allah SWT sebagai sifat, sikap dan perilaku upaya memenuhi kebutuhan jasmaniah yang tidak selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Sebagaimana ayat Al-Quran yang artinya: “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup manusia di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat yang baik (surga).” (QS. Al-Imran: 14)
Mengingat keadaan manusia serupa itulah maka diperlukan adanya bimbingan dan konseling Islam, agar dalam upaya memenuhi kebutuhan jasmaniahnya itu manusia senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunujuk allah SWT.
2. Dari segi rohaniah (psikologis)
Sesuai dengan hakikatnya, manusia memerlukan pula pemenuhan kebutuhan rohaniah dalam arti psikologistik. Seperti telah diketahui, manusia dianugerahi kemampuan rohaniah (psikologis), pendengaran, penglihatan dan kolbu, atau dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan kemampuan cita, rasa dan karsa.
Secara luas untuk bisa hidup bahagia, manusia memerlukan keadaan mental psikologis yang baik (selaras dan seimbang).
“Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyeru kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Yusuf:53)
Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling Islami diperlukan untuk membentuk manusia dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya dapat senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT termasuk mengatasi kondisi psikologis yang membuat seseorang menjadi berada dalam keadaan tidak selaras.

3. Dari sudut individu
Manusia merupakan makhluk individu, dengan kata lain keadaan orang per orang mencakup keadaan jasmaniah dan rohaniah atau psikologisnya bisa membawanya ke kehidupan yang tidak selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT. Ketidaknormalan sosok jasmaniah, ketidakunggulan (tetapi juga kesuperioritaskan) potensi rohaniah, dapat membawa manusia ke kehidupan yang tidak selaras.
4. Dari segi sosial
Selain sebagai makhluk individual, manusia juga termasuk makhluk sosial yang senantiasa berhubungan dengan manusia lain dalam kehidupan kemasyarakatan. Semakin modern kehidupan manusia, semakin kompleks tatanan kehidupan yang harus dihadapi manusia. Manusia bisa saling memaksakkan kehendak, bertikai, bahkan berperang dan saling membunuh.
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya”>.(QS. Yunus: 99)
5. Dari segi budaya
Manusia hidup dalam lingkungan fisik dan sosial. Semakin maju tingkat kehidupan, manusia harus berupaya terus meningkatkan berbagai perangkat kebudayaan dan peradabannya. Ilmu dan teknologi dikembangkan untuk memperoleh kebahagiaan hidup yang sebaik-baiknya, kendati kerap kali makna kebahagiaan yang dicari seringkali salah, tidak selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT.
Manusia harus membudayakan alam sekitarnya untuk keperluan hdiupnya, biologis maupun spiritual. Dalam mengelola atau memanfaatkan alam sekitarnya ini manusia kerap kali berlaku rakus, serakah, tidak memperhatikan kepentingan orang lain dan kelestarian alam, yang pada dasarnya akan menjadikan dirinya sendiri pun terkena akibat negatifnya tanpa disadarinya atau pura-pura tidak disadarinya.
“Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta”. (QS. Al-‘Adiyat:8)
6. Dari segi agama
Agama merupakan wahyu Allah, wahyu Allah itu benar, tetapi dalam penafsirannya bisa terjadi banyak perbedaan antara berbagai ulama sehingga muncul masalah-masalah khilafiyah ini kerap kali bukan saja menimbulkan konflik sosial tetapi juga menimbulkan konflik batin dalam diri seseorang yang dapat memnggoyahkan kehidupan dan keimanannya. Konflik-konflik batin dalam manusia yang berkenaan dengan ajaran agama Islam maupun lainnya banyak ragamnya, oleh karenanya diperlukan selalu adanya bimbingan dan konseling Islami yang memberikan bimbingan kehidupan keagamaan kepada individu agar mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat.
“Apakah manusia itu mengira bahwa dibiarkan saja mengatakan: kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi”. (QS. Al-‘Ankabut:2)
E. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islami
Bimbingan dan konseling Islami itu berlandaskan terutama dalam Al-Quran dan hadits ditambah dengan berbagai landasan filosofis dan landasan keimanan.
1. Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat
Bimbingan dan konseling Islami tujuannya adalah membantu klien atau konseli, yakni orang yang dibimbing, mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim.
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Al-Baqarah:201).
2. Asas fitrah
Bimbingan dan konseling Islami merupakan bantuan kepada klien atau konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak tingkah laku dan tindaknya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Manusia menurut Islam, dilahirkan dalam dengan keadaan fitrah yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama Islam. Bimbingan dan konseling membantu klien atau konseli untuk mengenal dan memahami fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala pernah tersesat serta menghayatinya, sehingga dengan demikian akan mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya itu. Seperti hadit: “Setiap manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan fitrah, maka kemudian ayah ibunya menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dan jika ayah dan ibunya itu seorang muslim, maka jadilah si anak seorang muslim”. (HR. Muslim)
3. Asas Lillaahi ta’ala
Bimbingan dan konseling Islami diselenggarakan semata-mata karena Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakuakan tugasnya dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih, sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan atau konseling dengan ikhlas dan rela karena semua pihak merasa semua yang dilakukan adalah karena untuk pengabdian kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi pada-Nya.
”Katakanlah: Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS.Al-An’am:162)
4. Asas bimbingan seumur hidup
Manusia hidup betapa pun tidak akan yang sempurna dan selalu bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itulah maka bimbingan dan konseling Islami diperlukan selama hayat masih di kandung badan.
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam”. (HR. Ibnu Abdulbar dari Anas)
5. Asas kesatuan jasmaniah rohaniah
Manusia itu dalam hidupnya di dunia merupakan satu kesatuan jasmaniah rohaniah. Bimbingan dan konseling Islami memperlakukan kliennya sebagai makhluk jasmaniah rohaniah, tidak memandangnya sebagi makhluk biologis semata, atau makhluk rohaniah semata. Bimbingan dan konseling Islami membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah rohaniah tersebut.
“Hampir-hampir kekafiran itu membawa ke dalam kekufuran”. (HR.Abu Na’im dari Anas)
6. Asas keseimbangan rohaniah
Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan pikir, merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu, serta juga akal. Kemampuan ini merupakan sisi lain kemampuan fundamental potensial untnuk mengetahui, memperhatikan, menganalisis, dan menghayati. Orang yang dibimbing diajak untuk menginternalisasikan norma dengan mempergunakan semua kemampuan rohaniah potensialnya tersebut bukan cuma mengikuti hawa nafsu semata.
7. Asas kemaujudan individiu
Bimbingan dan konseling Islami, berlangsung pada citra manusia menurut Islam, memandang seseorang individu merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu mempunyai hak, mempunyai perbedaan individiu dari yang lainnya dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampua fundamental potensial rohaniahnya.
“Tidaklah engkau berbicara dengan sutau kaum tentang suatu pembicaraan yang di luar kemampuan akal mereka, keculai hal tersebut akan menimbulkan fitnah”. (HR. Muslim)
8. Asas sosialitas manusia
Manusia merupakan makhluk sosial, pergaulan, cinta kasih, rasa aman, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, rasa memilik dan dimiliki, semuanya merupakan aspek-aspek yang diperhatikna di dalam bimbingan dan konseling Islami, karena merupakan ciri hakiki manusia.
9. Asas kekhalifahan manusia
Manusia menurut Islam, diberi kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung jawab yang besar, yaitu sebagai pengelola alam semesta. Dengan kata lain, manusia dipandang sebagai makhluk berbudaya yang mengelola alam sekitar sebaik-baiknya. Sebagai khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan ekosistem, sebab problem-problem kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem tersebut yang diperbuat oleh manusia itu sendiri. Bimibingandan fungsinya tersebut untuk kebahagiaan dirinya dan umat manusia. Kedudukan manusia sebagai khalifah itu dalam keseimbangan dengan kedudukannya sebagai makhluk Allah yang harus mengabdi pada-Nya. Dengan demikian, jika memiliki kedudukan tidak akan memperturutka hawa nafsu semata.
10. Asas keselarasan dan keadilan
Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian dalam segala segi. Dengan kata lain, Islam menghendaki manusia berlaku adil terhadap haknya dirinya sendiri, hak orang lain, hak alam semesta dan juga hak Tuhan. Salah satu hadits juga menyiratkan keharusan adanya keseimbangan atau keharmonisan yaitu yang artinya: “Sebaik-baik perkara itu yang tengah-tengahnya”.
11. Asas pembinaan akhlaqul karimah
Manusia menurut pandangan Islam, memiliki sifat-sifat yang baik sekaligus mempunyai sifat-sifat lemah. Sifat-sifat yang baik merupakan sifat yang dikembangkan oleh bimbingan dan konseling Islami. Bimbingan dan konseling Islami membantu klien atau yang dibimbing, memelihara, mengembangkan, menyempurnakan sifat-sifat yang baik tersebut. Sejalan dengan tugas dan fungsi Rasulullah diutus oleh AllahSWT seperti disebutkan dalam salah satu haditsnya, yang artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”. (HR. Ahmad dan Thabrani dari Abu Hurairah)
Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa sayang dari orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak hal. Bimbingan dan konseling Islami dilakukan dengan berlandaskan kasih dan sayang, sebab dengan kasi sayanglah bimbingan dan konseling akan berhasil.
12. Asas saling menghargai dan menghormati
Dalam bimbingan dan konseling Islami kedudukan pembimbing atau konselor dengan yang dibimbing atau klien pada dasarnya sama atau sederajat, perbedaannya terletak pada fungsinya saja, yakni pihak yang satu memberikan bantuan dan yang satu memberikan bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak pembimbing dengan yang dibimbing merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan masing-masing sebagai makhluk Allah.
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu denga yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitiungkan segala sesuatu”. (QS. An-Nisa:86)
14. Asas musyawarah
Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan asas musyawarah artinya antara pembimbing konselor dengan yang dibimbing atau klien terjadi dialog yang baik, satu sama lain tidak saling mendiktekan, tidak ada perasaan tertekan dan keingina tertekan.
15. Asas keahlian
Bimbingan dan konseling Islami dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki keahlian di bidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi, dan teknik-teknik bimbingan dan konseling, maupun dalam bidang yang menjdai permasalahan objek garapan atau materi bimbingan dan konseling.
“Jika sesuatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggu sajalah saat kehancurannya”. (HR. Bukhari)
F. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islami
Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling Islami itu dapat dirumuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat”.
http://tantinurainulfiani.wordpress.com/bimbingan/bimbingan-dan-konseling-islam/

0 komentar: