SURAT ini sesungguhnya saya tulis di tengah
kecemasan mendalam sebagai seorang warga biasa, seorang ibu yang
khawatir akan masa depan anak-anak dan generasi muda.
Kasus sodomi yang menimpa murid Jakarta International School (JIS)
sungguh memprihatinkan. Fenomena ini setidaknya menunjukkan pada kita
bahaya sedang mengancam anak-anak kita.
Survey ini dilakukan oleh Komnas PA bekerjasama dengan Lembaga
Perlindungan Anak di 12 kota besar pada tahun 2012 menjelaskan, dari
4726 anak yang diteliti, 93,7% remaja SMP dan SMA mengaku pernah
berciuman, genital stimulation, hingga oral seks. Yang cukup
mencengangkan, 62,7% remaja SMP mengaku sudah tidak perawan.
Catatan dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) tahun
2013 ada 2.792 kasus kekerasan seksual, 52 persennya menimpa ana-anak.
Sisanya 229 kasus tawuran antar pelajar dll.
***
DUHAI generasi muda penerus peradaban, di tangan
kalianlah masa depan teronggok. Akan kalian jadikan apapun itu
tergantung kalian. Bangsa ini jadi mulia, terdepan dan kokoh, tergantung
kalian. Bangsa ini bisa hancur, berkeping-keping, juga tergantung
kalian!
Duhai anak-anak penerus estafet peradaban, amanah teramat besar
menanti kalian. Sambutlah dengan senyum dan kebanggaan. Torehkanlah nama
kalian dalam sejarah peradaban dengan tinta emas kemuliaan, bukan
dengan lumpur hitam berlumur kehinaan.
Wahai generasi emas, dan generasi peradaban! Tempalah diri kalian dengan
kepribadian Islam yang kokoh dengan panduan Quran, karena hanya itu ang
akan menyelamatkan kalian. Yang lain jelas tidak!
Jadikanlah diri kalian sebagai generasi yang dirindu jannah, yang
layak mendapat naungan Allah di saat tak ada lagi naungan kelak di hari
akhir.
DUHAI generasi peradaban! Lihatlah sekeliling kalian, lihatlah!
Betapa generasi muda hari ini terlenakan oleh dunia, kesenangan, hura-hura, bahkan atas nama cinta.
Kalian dibuai oleh “cinta” yang hanya kalian ketahui sebatas hasrat
(ketertarikan) laki-laki dan perempuan. Cinta telah menjadi kalian
“berhala” baru. Disembah dan dipuja, meracuni lewat lagu, puisi,
bacaan, komil, film hingga sinetron.
Lihatlah betapa banyak yang hancur karenanya…..
Kita tentu ingat peristiwa memilukan yang menimpa Ade Sara Angelina
(19). Ia ditemukan telah tewas dibunuh oleh mantan pacarnya sendiri,
Hafitd (19), dibantu kekasihnya, Assyifa (19). Semua dilakukan karena
sakit hati “atas nama cinta”.
Lihat pula kisah Mia Nuraini (16), yang meninggal setelah dikeroyok
Albi Haq (21), mantan pacarnya, bersama 7 temannya. Motifnya sama
lantaran dendam “anas nama cinta” (Tempo.com, 13/03/2014).
Masih banyak sekali kisah serupa yang melengkapi deretan panjang
daftar kerusakan, pembunuhan dan kehancuran generasi muda “atas nama
cinta”.
“Atas nama cinta” akhirnya kalian terpuruk, hancu dan rela membunuh, merusak dan menghilangkan nyawa orang lain.
DUHAI generasi muda harapan umat!
Sungguh “cinta” tidak lah sama seperti yang dinyatakan Freud, bahwa
ianya bak makanan yang jika tak dimakan kan mengantarkan pada kematian.
Karena “cinta” tidaklah sama dengan hasrat/naluri seksual.
Janganlah kalian terkecoh oleh ucapan, statament, pernyataan orang,
atau tokoh-tokoh yang tidak pantas jadi panutan dan rujukan hidup!
Karena dari lisan dan pikiran-pikiran merekalah ia menyengaja membangkitkan naluri/hasrat kalian dengan cara salah dan liar.
Dengan bungkus “cinta” mereka mengemas bacaan, lagu, film, game,
tontonan/materi pornografi agar kalian terjebak dengan gaya hidup bebas
tanpa aturan.
Pacaran sebagai sebuah keharusan dan jomblo seolah sebuah aib dan beban hidup.
Akibat gelar-gelar “menyesatkan” ini akhirnya kalian tak ragu
menyerahkan kehormatan meski di luar pernikahan yang mulia yang
dengannya Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan berkahnya.
DUHAI generasi muda nan mulia!
Sungguh, tak demikian adanya fakta “cinta”. Cinta dalam bentuk
ketertarikan kepada lawan jenis hanya bagian dari gharizah nau’ (naluri
melestarikan jenis). Karakter naluri hakikinya berbeda dengan kebutuhan
hidup semisal makan atau bernafas. Naluri meski juga memiliki tuntutan
untuk dipenuhi tapi sifatnya tidaklah mendesak dan mutlak. Jika tidak
dipenuhi hanya akan menimbulkan kegelisahan bukan kematian.
Fakta bahwa betapa banyak orang yang hingga akhir hayatnya tak menikah membuktikan itu.
Anak-anak ku generasi dambaan umat!
Allah Subhanahu Wata’ala menganugrahkan gharizah nau’ yang salah
satu penampakannya adalah rasa “cinta” dan ketertarikan pada lawan jenis
untuk memuliakan dan menjaga keturunan kalian. Bukan untuk
disalahgunakan. Apalagi hanya untuk merendahkan dan menghinakannya
kalian sendiri.
Menikah justru untuk menjamin agar “cinta” menjadi penjaga harkat
dan martabat kalian. Sebaliknya jika kalian menyalahgunakannya justru
hanya merendahkan martabat dan hinalah kita.
Pesan Rasulullah yang pernah disampaikan Ibn Mas’ud RA, “Wahai para
pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu menanggung beban,
hendaklah segera menikah. sebab, pernikahan itu lebih menundukkan
pandangan dan lebih memelihara kemaluan. siapa saja yang belum mampu
menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah perisai baginya.”
Wahai Pemuda, ingatlah! Allah berpesan;
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحاً حَتَّى يُغْنِيَهُمْ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ
“Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga
kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan
karunia-Nya.” (QS. An-Nur [24]: 32-33)
DUHAI generasi yang berkepribadian mulia!
Inilah seperangkat aturan dari Allah Subhanahu Wata’ala untuk memuliakan manusia dengan “cinta”.
Allah telah memuatnya dalam surat-surat cinta-Nya (al-Qur’an dan
hadits) untuk umatnya yang dikirim melalui utusan-Nya (Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wassallam).
Salurkanlah kasih sayang dan “cinta” dengan cara yang benar dan
diridhoi melalui pernikahan. Karena dari bingkai pernikahanlah akan
terlahir anak-anak sebagai keturunan pelanjut generasi yang terjaga,
terpelihara dan diridhoi Allah.
DUHAI pemuda, generasi peradaban!
Lembaga pacaran bukanlah cara penyaluran “cinta” yang benar dan
diridhoi Allah, sebab pacaran tak akan mampu memelihara kesucian
“cinta” aktivitas pacaran menyebabkan hadir dan terlibatnyasyetan,
bukan Allah Subhanahu Wata’ala.
DUHAI generasi muda harapan umat!
Jagalah diri kalian. Jagalah hati kalian. Peliharalah “cinta” kalian agar tetap suci nan indah pada waktunya dan melahirkan
“mitsaqon gholiza” (perjanjian yang kokoh), jalinan perjanjian setara perjanjian Allah dan Rasulnya.
Inilah media “cinta”yang menjadi wasilah lahirnya manusia-manusia baru dengan kepribadian kokoh penopang peradaban mulia.
Jadi manakah yang akan kita pilih? Ikutnya “kehadiran” Allah ta’ala atau keterlibatan syetan dalam hidup kita?
WAHAI Pemuda!
Di tengah kerusakan massal; pornografi, budaya pop, free sex,
fenomena lesbian, homoseksual, pedopili dan kejahatan seksual di
mana-mana, tetap teguhlah membawa agama ini meski berat.
Bersiaplah menjadi ‘orang asing’ di antara fenomena sistem yang rusak, itulah sesungguhnya
‘orang-orang asing yang beruntung”. Sebagaimana pesan Rasulullah yang diriwayatkan Imam Tirmidzi,
“Akan datang kepada manusia masa (ketika) orang yang bersabar menjalankan agamanya di antara mereka seperti memegang bara api.”
Semoga kita, semua keluarga dan keturunan kita senantiasa diberkahi dan dalam perlindungan Allah Ta’ala…*
Tertanda,
Syifaiyah, ibu rumah tangga dengan dua orang putra yang sedang gelisah
http://www.hidayatullah.com/redaksi/surat-pembaca/read/2014/04/30/20893/surat-cinta-seorang-ibu-untuk-generasi-muda-islam.html#.U2GjhKKubIU
http://www.hidayatullah.com/redaksi/surat-pembaca/read/2014/04/30/20893/surat-cinta-seorang-ibu-untuk-generasi-muda-islam.html/2#.U2Gj_aKubIU